Monday, April 1, 2013

Laporan Praktikum TEKNOLOGI BENIH “EkstraksiBenihSayuranSecara Kimia”

Laporan Praktikum
TEKNOLOGI BENIH

EkstraksiBenihSayuranSecara Kimia



LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU 

BAB I
 PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi  cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 1985).
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat tercampur (immiscible) menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.Bahkan di mana tujuan primernya adalah bukan analitis namun preparat ,ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju kesuatuproduk murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Pemisahan ekstraksi pelarut biasanya ³bersih´ dalam arti tak ada analog, kopresipitasi dengan sistem semacam itu (Khopkar, 2008). Diantara berbagai jenis metode pemisahan,ekstraksi merupakan  metode pemisahan yang baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut.
 Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparat ive, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai pengotor dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 2008).



Fermentasi
 proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam ototmamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.


I.2. Tujuan
·         Mahasiswa mengetahui cara mengekstraksi benih sayuran
·         Mahasiswa dapat mengekstraksi benih sayuran







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi Benih
Kuswanto (2003) menyebutkan bahwa proses ekstraksi benih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah. Pernyataan ini diperjelas oleh Ekawati (2004) bahwa ekstraksi benih merupakan pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan. Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung, biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:
  • Cone dan polong
Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families) tersebut secara berbeda. (Kuswanto, 2003).
  • Buah kering
Ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in) menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti (Kuswanto, 2003).

  • Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria (Kuswanto, 2003).
  • Buah Berdaging dan Berair (Wet Fleshly Fruit)
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir (Kuswanto, 2003).
2 Metode ekstraksi
Ekawati (2004) menyebutkan bahwa dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berarir (Wet Fleshly Fruit) memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi secara kering yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin antara lain:
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005) pernyataan ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun. (Ekawati, 2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstrakksi basah, antara lain:
  • Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka diperlukan waktu 1-2 hari., sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
  • Metode Mekanis (Mechanical Method)
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien jika menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin (seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih dari pulp yang mengandung inhibitor (Ekawati, 2004)

  • Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode fermentasi memerlukan waktu relative lama terutama bila dilakukan di Negara yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100 liter air.

 Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitoyo (2005) juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah .
Kuswanto (2003) menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat digunakan zat kimia HCL 35% dengan doasis 5 liter HCL 35 % icampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam pulp selama 30 menit. Murniati (1999) dalam penelitiannya memanfaatkan kapur tohor sebagai bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan dalam ekstraksi benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan perubahan warna.








BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan waktu

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 07-03-20011,senin di Laboratorium Agronomi

3.2. Alat dan Bahan
·         Buah sayuran seperti tomat,cabai,dan mentimun
·         Air
·         Larutan HCL 35%
·         Botol beserta tutupnya
·         Bak air
·         Pisau atau currter
·         Penumbuk (lesung)
·         Pengaduk
·         Kertas lakmus
·         Saringan

3.3. Cara Kerja
a)      Ekastraksi Metode Kimiawi

·         Mengambil buah cabai (20 btir) ,tomat (5butir), dan mentimun (5butir)
·         Buah tomat dan mentimun di belah
·         diambil pulp dan bijinya
·         Pulp dan bijinya di rendam didalam larutanHCL 35% selama 30 menit hingga massa pulp mengambang
·         Biji dari pulpnya di pisahkan
·         Biji tomat dan mentimun di cucidengan air  mengalir hingga netral pHnya.
·         Buah cabai di tumbukdengan lembut agar buahnya pecah dan biji tidak rusak.
·         Buahdan biji cabeyang ditumbuk diambuldengan sendok.
·         Rendamlah buah cabai yang sudah ditumbuk ke dalam larutan HCI 35%  selama 30 menit dan aduklah hingga rata .
·         Pisahkan biji dengan pulpnya.
·         Cucilah biji cabai dengan air mengalir hingga pHnya netral.
·         Bersihkan hasil rendaman dengan air yang mengalir secara perlahan , jangan sampai biji ikut terbuang.




b)     Ekastraksi Metode fermentasi

·         Ambilah buah cabai (20 btir) ,tomat (5butir), dan mentimun (5butir)
·         Belahlah buah tomat dan mentimun
·         Ambilah pulp dan bijinya
·         Rendamlah pulp dan bijinya didalam botolyang telah berisi air 2-4 hari hingga masa pulp mengambang dan terpisah dari bijinya
·         Pisahkan biji dari pulpnya
·         Cucilah biji tomat dan mentimun dengan air  mengalir hingga netral pHnya.
·         Tumbuklah buah cabai dengan lembut agar buahnya pecah dan biji tidak rusak.
·         Ambilah buah dan biji cabeyang ditumbuk dengan sendok.
·         Rendamlah buah cabai yang sudah ditumbuk ke dalam botol yang telah berisi air 2-4 hari hingga masa pulp mengambang dan terpisah dengan bijinya.
·         Pisahkan biji dengan pulpnya dengan cara disaring.
·         Cucilah biji cabai dengan air mengalir hingga bersih
·         Bandingkanlah keuntungan dan kerugian kedua metode ekstraksi

























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    METODE KIMIAWAI













PEMBAHASAN :
Metode ini menggunakan bahan kimia yaitu larutan HCL dengan konsentrasi 35% dan direndam selam 30 menit. Dari praktikum didapatkan bahwa pulp benih cabai,mentimun,dan tomat setelah 30 menit mengalami perubahan struktur benih. Dilihat dari warna dari masing-masing benih untuk benih TOMAT benih terlihat berubah warna menjadi coklat pekat dan keluar asap dari larutan tersebut karena HCL yang dicampur adalah larutan HCL yang masih sangat pekat dan belum diencerkan. Untuk benih CABAI , awalnya benih bewarna putih setelah dicampur dengan HCL pekat, biji langsung berubah menjadi warna hitam pekat seperti benih yang hangus. Untuk benih MENTIMUN benih yang berwarna putih biasa berubah menjadi putih keesusuan.
·         Keuntungan METODE KIMIAWI :
1.      Kegiatan bisa dilakukan dalam waktu yang singkat.
2.      Hasil juga bisa terlihat hanya dalam beberapa jam
3.      Lebih praktis
·         Kerugian METODE KIMIAWI :
1.      Untuk keamanan lebih berbahaya,karena menggunakan larutan kimia
2.      Lebih mahal ,untuk mendapatkan larutan ini
3.      Untuk benihnya sendiri, itu membuat benih kehilangan daya untuk hidup dan berkecambah
B.   METODE FERMENTASI










PEMBAHASAN
Metode ini menggunakan 3 benih yang sama yaitu benih cabai,tomat,mentimun,tanpa menggunakan larutan apapun, karena metode ini fermentasi jadi hanya menggunakan air biasa untuk mendapatkan hasil. Untuk masing-masing benih membutuhkan waktu 1-2 hari untuk mendapatkan hasil, apakah benih ini dapat hidup dan berkecambah atau tidak. Setelah 2 hari berlalu air dalam botol ini kering dan benih dalam keadaan lembab, benih akan tumbuh dan berkecambah  jika lingkungannya lembab dan suhunya juga mendukung.
·         Keuntungan METODE FERMENTASI :
1.      Lebih aman
2.      Lebih praktis
3.      Untuk benihnya sendiri, terlihat benih berkecambah dan hidup.

·         Kerugian METODE FERMENTASI :
1.      Membutuhakan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil bisa 1-2 hari atau lebih.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
·         Dari praktikum diatas ditarik kesimpulan bahwa larutan HCL yang pekat tidak bisa membuat benih hidup dan berkecambah, justru membuat benih jadi hangus seperti terbakar akibat larutan pekat HCL 35% tersebut.
·         Untuk metode fermentasi yang hanya menggunakan air biasa dan direndam selama 1-2 hari justru membuat benih lebih suka menyerap air tersebut dan selama 2 hari air tersebut akan berkurang dan membuat benih jadi lembab,dan akhirnya benih menjdai hidup dan berkecambah.
·         Metode kimia lebih cepat proses pengerjaannya, untuk hasilnya lebih bagus yang menggunakan metode fermentasi daripada metode kimiawi.
5.2. Saran
·         VERY GOOD











DAFTAR PUSTAKA
·         Tim penyusun.2009, Penuntun Praktikum teknologi benih. Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar.
·         Kemurnian Benih. 2009, Pengujian Kemurnian Benih. www.google.com. Diakses  11 maret 2011.

0 comments:

Post a Comment